Minggu, 06 April 2014

PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG PENGGANGGU ( LALAT/MUSA DOMESTICA) TPA di PIUNGAN

BAB I
PENDAHULUAN


A.     Latar Belakang

Sistem Kesehatan Nasional dan Rencana Pokok Program Reformasi di Bidang Kesehatan telah menggariskan bahwa tujuan Reformasi Kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesepakatan umum dari tujuan nasional. Masalah umum yang dihadapi dalam bidang kesehatan adalah jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cukup besar, dan distribusi yang belum merata, serta masalah pendidikan dalam tingkatan sosial ekonomi masyarakat yang masih rendah. Selain itu, keadaan lingkungan fisik dan biologis yang belum memadai, dimana baru sebagian kecil saja penduduk/orang yang dapat menikmati air bersih dan penggunaan pembuangan air kotor, pengelolaan sampah basah/kering yang sampai saat ini masih belum memenuhi syarat kesehatan, serta penyakit menular masih banyak diderita oleh masyarakat merupakan masalah kesehatan masyarakat yang masih terus terjadi sampai saat ini di Indonesia (Depkes, 1992).
Lalat merupakan spesies yang berperan dalam masalah kesehatan masyarakat. Ancaman lalat mulai diperhitungkan terutama setelah timbulnya masalah sampah yang merupakan dampak negatif dari pertambahan penduduk. Sampah yang tidak dikelolah dengan baik akan mengundang lalat untuk datang dan berkontak dengan manusia. Dengan didorong oleh rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat akan higiene dan sanitasi, pada akhirnya lalat akan menimbulkan masalah kesehatan masyarakat secara luas baik dari segi estetika sampai penularan penyakit.
Penularan penyakit oleh lalat dapat terjadi melalui semua bagian dari tubuh lalat seperti : bulu badan, bulu pada anggota gerak, muntahan serta faecesnya. Upaya pengendalian penyakit menular tidak terlepas dari usaha peningkatan kesehatan lingkungan dengan salah satu kegiatannya adalah pengendalian vektor penyakit termasuk lalat. Saat ini terdapat sekitar ± 60.000 – 100.000 spesies lalat, tetapi tidak semua species perlu diawasi karena beberapa diantaranya tidak berbahaya terhadap kesehatan masyarakat.
Lalat ini berkembang biak dengan baik pada makanan yang busuk dan di tumpukan sampah-sampah seperti pada rumah yang menumpuk sampahnya dan mengeluarkan bauk yang di sukai oleh lalat. Lalat pada umumnya memiliki beberapa jenis seperti: Lalat batu, Lalat alder,  Lalat Dobson, Lalat ikan,  Lalat ular, Lalat kakaktua, Lalat kalajengking, Lalat menggantun, Lalat-lalat ngengat,  Lalat gergaji.



B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah cara perkembangbiakan lalat?
2.      Jelaskan proses terjadinya penularan penyakit yang disebabkan oleh lalat?
C.     Tujuan

Adapun tujuan dalam membuat makalah vektor dan binatang pengganggu khususnya lalat, yaitu:
  1. Untuk mengetahui klasifikasi lalat, morfologi lalat, biologi lalat, pola penyebaran lalat.
  2. Untuk mengetahui peran lalat dalam kesehatan masyarakat dan penyakit yang ditimbulkan oleh lalat.
  3. Untuk mengetahui teknik-teknik pengendalian dan pemeberantasan lalat.



































BAB II
PEMBAHASAN


A.    LALAT

Diptera berasal dari bahasa Yunani yaitu di yang berarti dua dan ptera yang berarti sayap. Serangga dewasa dicirikan sifatnya yang pandai terbang, pada umumnya diural, memiliki sepasang sayap tipis seperti selaput untuk terbang, dan sepasang alat keseimbangan pada saat terbang yang disebut halter. Kepala jenis serangga ini mudah bergerak dan memiliki mata majemuk berukuran besar. Tipe mulutnya menusuk, menghisap dan menjilat. Larvanya tidak bertungkai, kepalanya berukuran kecil, sifat larva dalam setiap famili sangat berbeda. Kadang-kadang larva dari ordo Diphtera disebut belatung. Ordo diptera mengalami metamorfosis sempurna dengan tipe holometabol. Ordo diptera meliputi golongan nyamuk dan lalat.


B.     KLASIFIKASI LALAT
Lalat merupakan salah satu insekta (serangga) termasuk dalam ordo diphtera yang mempunyai sepasang sayap berbentuk membran dan saat ini diseluruh dunia dapat dijumpai sekitar ± 60.000 – 100.000 spesies lalat (Santi, 2001). Lalat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Arthropoda
Class                : Hexapoda
Ordo                : Diptera
Family             : Muscidae, Sarchopagidae, Challiporidae, dll.
Genus              : Musca, Stomoxys, Phenisia, Sarchopaga, Fannia, dll.
Spesies            : Musca domestica, Stomoxy calcitrans, Phenesia sp, Sarchopaga sp, Fannia sp,dll


C.     MORFOLOGI LALAT
Pada umumnya, lalat berukuran kecil, sedang, sampai berukuran besar, mempunyai sepasang sayap dibagian depan dan sepasang halter sebagai alat keseimbangan dibagian belakang, bermata majemuk dan sepasang antena yang seringkali pendek terdiri atas tiga ruas. Mata lalat jantan lebih besar dan sangat berdekatan satu sama lain sedang yang betina tampak terpisah oleh suatu celah dan berbentuk lebih besar dari pada lalat jantan.





D.    BIOLOGI LALAT
Lalat termasuk insekta ordo Diptera yang ditandai sepasang sayap. Lalat ini berkembang biak dengan metamorfhosis sempurna, yaitu dimulai dari telur, larva, pupa/kepompong dan imago/dewasa.

1.      Siklus Hidup Lalat

Musca demostica (lalat rumah) bertelur antara 100-150 butir dan telurnya berwarna putih dengan ukuran ±1 mm panjangnya. Kira-kira dalam waktu 24 jam, telur-telur ini menetas menjadi larva (berwarna putih kekuningan dengan panjang 12-13 mm) pada suhu rendah (dibawah 12-13º C) dan makanannya adalah bahan-bahan yang dapat membusuk. dan keadaan dalam bentuk larva berlangsung antara 3-7 hari. Akhir dari phase larva ini pindah ketempat yang sejuk dan kering serta membentuk pupa/kepompong yang berwarna coklat tua, panjangnya sama dengan larva dan tidak bergerak. Phase ini berlangsung pada musim panas 3-7 hari pada temperatur 30-35º C. Bentuk pupa ini memerlukan waktu antara 3 sampai beberapa hari. Kemudian akan keluar lalat muda dan sudah dapat terbang antara 450-900 m, Siklus hidup dari telur hingga menjadi lalat dewasa 6-20 hari. Lalat dewasa panjangnya lebih kurang ¼ inci, dan mempunyai 4 garis yang agak gelap hitam dipunggungnya. Beberapa hari kemudian sudah siap untuk berproduksi, pada kondisi normal lalat dewasa betina dapat bertelur sampai 5 (lima) kali. Umur lalat pada umumnya sekitar 2-3 minggu, tetapi pada kondisi yang lebih sejuk biasa sampai 3 (tiga) bulan. Lalat tidak kuat terbang menantang arah angin, tetapi sebaliknya lalat akan terbang jauh mencapai 1 kilometer.

Lalat rumah mempunyai jarak terbang kira-kira sampai 1 mil. Lalat rumah ini dapat menularkan penyakit-penyakit seperti: Kolera, Thypus, Disentri, Parathypus, Conjunctivitis, Trachoma dan Poliomyelitis. Sedangkan lalat kandang ( stomoxis calcitrans ) adalah contoh lalat yang menusuk dan mengisap. Lalat demikian termasuk family tabanidae dan dapat menularkan penyakit seperti: Tulameria dan Anthrax.
2.      Makanan
Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari terutama pada pagi hingga sore hari. Serangga ini sangat tertarik pada makanan manusia sehari-hari seperti gula, susu, makanan olahan, kotoran manusia dan hewan, darah serta bangkai binatang. Sehubungan dengan bentuk mulutnya, lalat hanya makan dalam bentuk cairan, makanan yang kering dibasahi oleh lidahnya terlebih dahulu baru dihisap air merupakan hal yang penting dalam hidupnya. Tanpa air, lalat hanya hidup 48 jam saja. Lalat makan paling sedikit 2-3 kali sehari.


3.      Tempat Perindukan
Tempat yang disenangi adalah tempat yang basah seperti sampah basah, kotoran binatang, tumbuh-tumbuhan busuk, kotoran yang menumpuk secara kumulatif (dikandang).
a.       Kotoran Hewan
b.      Sampah dan sisa makanan dari hasil olahan
c.       Kotoran Organik
d.      Air Kotor
4.      Ekologi Lalat Dewasa
Dengan memahami ekologi lalat kita dapat menjelaskan peranan lalat sebagai penyebab penyakit. Lalat dewasa aktif pada siang hari dan selalu berkelompok. Pada malam hari biasanya istirahat walaupun mereka dapat beradaptasi dengan cahaya lampu yang lebih terang.
a.       Tempat peristirahatan
Pada Waktu hinggap lalat mengeluarkan ludah dan tinja yang membentuk titik hitam. Tanda-tanda ini merupakan hal yang penting untuk mengenal tempat lalat istirahat. Pada siang hari lalat tidak makan tetapi beristirahat di lantai dinding, langit-langit, rumput-rumput dan tempat yang sejuk. Juga menyukai tempat yang berdekatan dengan makanan dan tempat berbiaknya, serta terlindung dari angin dan matahari yang terik. Didalam rumah, lalat istirahat pada pinggiran tempat makanan, kawat listik dan tidak aktif pada malam hari. Tempat hinggap lalat biasanya pada ketinggian tidak lebih dari 5 (lima) meter.

b.      Fluktuasi Jumlah lalat
Lalat merupakan serangga yang bersifat fototropik yaitu menyukai cahaya. Pada malam hari tidak aktif, namun dapat aktif dengan adanya sinar buatan. Efek sinar pada lalat tergantung sepenuhnya pada temperatur dan kelembaban jumlah lalat akan meningkat jumlahnya pada temperatur 20º-25º C dan akan berkurang jumlahnya pada temperatur < 10º C atau > 49º C serta kelembaban yang optimum 90 %.

c.       Perilaku dan perkembangbiakan
Pada siang hari lalat bergerombol atau berkumpul dan berkembang biak disekitar sumber makanannya. Penyebaran lalat sangat dipengaruhi oleh cahaya, temperatur, kelembaban. Untuk istirahat lalat memerlukan suhu sekitar 35º-40ºC, kelembaban 90%. Aktifitas terhenti pada temperatur < 15ºC.





E.     POLA PENYEBARAN LALAT
1.      Pola Distribusi
Musca domestica dan Chrysomya megachepala adalah lalat yang tersebar secara cosmopolitan dan bersifat sinantropik yang artinya lalat ini mempunyai hubungan ketergantungan yang tinggi dengan manusia karena zat-zat makanan yang dibutuhkan lalat sebagian besar ada pada makanan manusia. Lalat lebih aktif pada tempat yang terlindung dari cahaya daripada tempat yang langsung terkena cahaya matahari.
Penyebaran yang luas dari kedua jenis lalat ini dimungkinkan karena daya adaptasinya yang tinggi. Kepadatan lalat disuatu daerah, sangat dipengaruhi oleh: tempat perindukan, cahaya matahari, temperatur dan kelembaban. Kepadatan lalat akan tinggi jika temperatur antara 20-25º C. Populasi menurun apabila temperatur > 450C dan < 100C. Pada temperatur yang sangat rendah, lalat tetap hidup dalam kondisi dorman pada stadium dewasa atau pupa. Kebiasaan dan distribusi lalat pada Siang hari akan berada disekitar tempat makan dan tempat perindukan di mana juga terjadi perkawinan dan istirahat.
Penyebaran dipengaruhi oleh reaksinya terhadap cahaya, temperatur, kelembaban, textur dan warna permukaan yang disenangi untuk istirahat. Aktivitas lalat: bertelur, berkawin, makan dan terbang, terhenti pada temperature di bawah 15oC. Lalat umumnya aktif pada kelembaban udara yang rendah. Pada temperatur di atas 20oC lalat akan berada di luar rumah, di tempat yang ternaung dekat dengan udara bebas. Pada waktu tidak makan lalat akan istirahat pada permukaan horisontal atau pada kabel yang membentang atau tempat-tempat yang vertikal dan pada atap di dalam rumah khususnya malam hari.
2.      Ketahanan Hidup
Tergantung pada musim dan temperatur: Lalat dewasa hidup 2-4 minggu pada musim panas dan lebih lama pada musim dingin yaitu bisa mencapai 3 bulan. Mereka paling aktif pada suhu 32,50C dan akan mati pada suhu 450C. Lalat melampaui musim dingin (over wintering) sebagai lalat dewasa, dan berkembang biak di tempat-tempat yang relatif terlindung seperti kandang ternak dan gudang-gudang. Pada stadium telur biasanya tidak tahan terhadap suhu yang ekstrim dan akan mati bila berada dibawah 50C dan di atas 400C. Lamanya tahap instar larva sangat tergantung pada suhu dan kelembaban lingkungan. Pada suhu -20C larva dapat bertahan beberapa hari , di bawah suhu 100C larva tidak dapat berkembang menjadi pupa.

F.      PERAN LALAT DALAM KESEHATAN MASYARAKAT DAN PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH LALAT
Peranan lalat dalam kesehatan masyarakat maupun hewan telah banyak diketahui. Sehubungan dengan perilaku hidupnya yang suka di tempat-tempat yang kotor yaitu tumpukan sampah, makanan, dan pada tinja, dari situlah lalat membawa berbagai mikroorganisme penyebab penyakit. Lalat selain sangat mengganggu juga ada yang berperan sebagai vector mekanik beberapa penyakit.
Lalat merupakan vector penting dalam penyebaran penyakit pada manusia dan juga kehidupan lalat yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Di samping lalat sebagai vector penyakit, lalat merupakan binatang yang menjijikkan bagi kebanyakan orang. Karena penularan penyakitnya dapat secara mekanik, yaitu penularan dari penderita ke orang lain atau dari suatu bahan tercemar (makanan, minuman, dan air) ke orang sehat dengan perantara menempelnya bagian tubuh lalat misalnya lewat prombosis, tungkai, kaki dan badan lalat.
Berbagai penyakit yang ditularkan oleh lalat antara lain virus, bakteri, protozoa dan telur cacing yang menempelpada tubuh lalat dan ini tergantung dari spesiesnya. Lalat Musca domestica dapat membawa telur cacing (Oxyrus vermicularis, Tricuris trichiura, Cacing tambang, dan Ascaris lumbricoides), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamlia, dan Balantidium coli), bakteri usus (Salmonella, Shigella dan Eschericia coli), Virus polio, Treponema pertenue (penyebab frambusia), dan Mycobacterium tuberculosis. Lalat domestica dapat bertindak sebagai vector penyakit typus, disentri, kolera, dan penyakit kulit. Lalat Fannia dewasa dapat menularkan berbagai jenis penyakit myasis (Gastric, Intestinal, Genitaurinary). Lalat Stomoxys merupakan penyakit surra (disebabkan oleh Trypanosima evansi), anthraks, tetanus, yellow fever, traumatic miasis dan enteric pseudomiasis (walaupun jarang). Lalat hijau (paenicia dan chrysomya) dapat menularkan penyakit myasis mata, tulang dan organ lain melalui luka. Lalat Sarcophaga dapat menularkan penyakit myasis kulit, hidung, sinus, jaringan vagina dan usus.

G.    TEKNIK PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN LALAT
1.      Perbaikan Hygiene dan sanitasi lingkungan
Perbaikan Hygiene dan sanitasi lingkungan merupakan langkah awal yang sangat penting dalam usaha menanggulangi berkembangnya populasi lalat baik dalam lingkungan peternakan maupun pemukiman. Selain murah dan sederhana juga efektif serta tidak menimbulkan efek-efek samping yang membahayakan lingkungan.
1)      Mengurangi atau Menghilangkan tempat perindukan lalat.
a.       Kandang ternak
ü  Kandang harus dapat dibersihkan.
ü  Lantai kandang harus kedap air, dan dapat disiram setiap hari.
ü  Terdapat saluran air limbah yang baik.
b.      Kandang ayam dan burung
ü  Bila burung/ternak berada dalam kandang dan kotorannya terkumpul disangkar, kadang perlu dilengkapi dengan ventilasi yang cukup agar kandang tetap kering.
ü  Kotoran burung/ternak dapat dikeluarkan dari sangkar dan secara interval (disarankan setiap hari) dibersihkan (DEPKES, 1992).
c.       Timbunan kotoran ternak
d.      Kotoran Manusia
e.       Sampah basah dan sampah organic
f.       Tanah yang mengandung bahan organik.

2)      Mengurangi Sumber yang menarik lalat
a.       Menjaga kebersihan lingkungan.
b.      Membuat saluran air limbah (SPAL).
c.       Menutup tempat sampah.
d.      Industri yang menggunakan produk yang dapat menarik lalat dapat dipasang alat pembuang bau (Exhaust).

3)      Mencegah kontak antara lalat dengan kotoran yang mengandung kuman penyakit
Sumber kuman penyakit dapat berasal dari kotoran manusia, bangkai binatang, sampah basah, lumpur organik dan orang yang sakit mata. Cara untuk mencegah kontak antara lalat dan kotoran yang mengandung kuman, dapat dilakukan dengan:
a.       Membuat konstruksi jamban yang memenuhi syarat, sehingga lalat tidak bisa kontak dengan kotoran.
b.      Mencegah lalat kontak dengan orang yang sakit, tinja, kotoran bayi, dan penderita sakit mata.
c.       Mencegah agar lalat tidak masuk ke tempat sampah pemotongan hewan dan bangkai binatang.
d.      Melindungi makanan, peralatan makan, dan orang yang kontak dengan lalat dengan :
ü  Makanan dan peralatan makan yang digunakan harus anti lalat.
ü  Makanan disimpan di lemari makan
ü  Membungkus makanan
ü  Jendela dan tempat-tempat terbuka dipasang kawat kasa.
ü  Pintu dipasang dengan sistem yang dapat menutup sendiri
ü  Pintu masuk dilengkapi dengan gor anti lalat
ü  Penggunaan kelambu atau tudung saji
ü  Kipas angin elektrik dapat dipasang untuk menghalangi lalat masuk
ü  Memasang stik berperekat anti lalat sebagai perangkap.


2.      Pemberantasan secara langsung
Metode membunuh telur, larva, maupun lalat dewasa secara langsung dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1)      Metode fisik
Metode fisik merupakan metode yang murah, mudah dan aman tetapi kurang efektif apabila digunakan pada tempat dengan kepadatan lalat yang tinggi. Cara ini hanya cocok digunakan pada skala kecil seperti dirumah sakit, kantor, hotel, supermarket dan pertokoan lainnya yang menjual daging, sayuran, atau buah-buahan.

a.       Fly traps
b.      Sticky tapes
c.       Light trap with electrocutor
d.      Pemasangan kawat/plastik kasa pada pintu dan jendela serta lubang angin/ventilasi.

e.       Membuat pintu dua lapis, daun pintu pertama kearah luar dan lapisan kedua merupakan pintu kasa yang dapat membuka dan menutup sendiri.

2)      Metode kimia
Pengendalian lalat dengan bahan kimia (insektisida) direkomendasikan hanya jika benar-benar diperlukan misalnya pada kondisi KLB kolera, disentri, atau trachoma. Hal ini dilakukan guna menghindari kemungkinan terjadinya resistensi. Beberapa metode kimia yang dapat dilakukan adalah Vaporizing (slow release), toxic bait, space spraying (quickly knocked down, short lasting) di dalam rumah maupun di luar rumah, dan residual spraying (slow lasting) pada tempat peristarahatan lalat.

a.       Umpan (bait)
Insektisida
Tipe umpan
Kering tersebar
Cairan tetes
Cairan curah
Merekat
ORGANO PHOSPHORUS
Dichiorvos
+
++
++
Dimethoate
+
++
Trichiorfon
++
++
++
++
Azametiphos
+
++
Diazinon
++
+
+
Fenchiorvos
+
+
+
Malathion
+
+
+
Naled
+
+
++
Propetamphos
CARMABATE
Bendiocarb
++
+
Dimetilan
++
+
Methomyl
++
Propoxur
++
+
+
Keterangan : + atau ++ menunjukkan insektisida yang paling cocok atau sudah cukup luas digunakan untuk tipe aplikasi tertentu (DEPKES, 1992).
b.      Indoor residual spraying (IRS)
insektisida
Dosis bahan aktif (g/mm2)
Keterangan
ORAGANO PHOSPORUS
azamethipos
1,0-2,0
Dijual sebagai umpan bergula (kekebalan teingkat rendah telah terjadi di sebagian besar tempat).
bromophos
1,0-2,0
diazinon
0,4-1,0
dimethoate
0,25-1,0
chlorfenvinphos
0,4
Masalah kekebalan terjadi di sebagian besar daerah/negara.
fenchiorvos
1,0-2,0
Fenitrothion
1,0-2,0
jodfenphos
1,0-2,0
malathion
1,0-2,0
Primiphos methyl
1,0-2,0
propetamphos
0,25-1,0
Kekebalan tingkat rendah telah terjadi di sebagian besar tempat.
Trichlorfon
1,0-2,0
Umumnya digunakan dalam formulasi bentuk umpan bergula.
PIRETROID
alphacypermethrin
0,02
cyfluthrin
0,03
cypemethrin
0,025-0,1
deltamethrin
0,01-0,015
Di canada dan sebagian besar eropa telah dengan cepat terjadi kekebalan.
fenvalerate
1,0
permethrin
0,025-0,1
Keterangan: Untuk sebagian besar golongan organoposporus terdapat larangan diberbagai negara untuk digunakan di pabrik susu, pabrik pengolahan makanan atau tempat lain dimana makanan terpapar dan beberapa dari golongan ini juga dilarang digunakan dimana terdapat ayam, kerbau dan binatang lainnya (DEPKES, 1992).


c.       Indoor & outdoor space spraying
Insektisida
Dosis bahan aktif (g/ha)
ORAGANO PHOSPHORUS
50-200
Azamethiphos
340
Diazinon
340
Dichiorvos
220
Fenchiorvos
450
Jodfenphos
350
Malathion
670
Baled
220
Primiphos methyl
250
PIRTROID
Boresmethrin
5-10
Cyfluthrin
2
Deltamethrin
0,5-1,0
Phenothrin
5-10
Permethrin
5-10
Pyrethrins
20
Resmethrin
20

Keterangan:
ü  Di daerah dimana lalat belum kebal terhadap Insektisida.
ü  Dikombinasikan dengan piretroid lain akan memberikan efek knockdown yang cepat atau dengan sinergis seperti piperonyl butoxide (5–10g/ha).
ü  Timbunan kotoran hewan bisa disemprot dengan diazinon dan malathion (sebagai emulsi) atau insektisida lain (Ronnel, DDVP) guna mematikan larva lalat.


d.      Insect repellents
Formula pembuatan insect repellents
Bahan
Berat (g)
Bagian
Cara Pembuatan
White petroleum jelly
57
8
Campurkan baha-bahan tersebut sehingga menjadi cream dan oleskan pada kulit.
Oil of citronella
14
2
Spirit of camphor
7
1
Cedar wood oil
7
1
Oil of citronella
28
2
Campurkan bahan-bahan tersebut sehingga menjadi lotion dan oleskan pada kulit.
Spirit of camphor
28
2
Cedar wood oil
14
1
Oil of citronella
28
1
Campurkan bahan-bahan tersebut sehingga menjadi lotion dan oleskan pada kulit.
Liquid petroleum
113
4
Oil of citronella
85
12
Campurkan bahan-bahan tersebut sehingga menjadi lotion dan oleskan unutkkulit yang sensitive, castrol oil ditingkatkan menjadi 170g
Spirit of champor
28
4
Oil of tar
28
4
Oil of pennyroyal 2
7
1
Castor oil or tallow
113
16
Keterangan: akan mengusir nyamuk dan lalat untuk repellent dengan bahan kimia dengan kadar yang tinggi.


e.       Fly paper
Bahan
Berat (g)
bagian
Cara pembuatan
rosin
907
1
Panaskan kedua bahan tersebut sampai berwarna seperti molasses, sementara masih panas, kuas/sapukan pada bagian dari semua jenis kertas, letakkan bebrap fly paper tersebut dalam ruangan
Castrol oil
4732
5
Sumber: (DEPKES, 1992)

3)      Metode biologi
Metode pengendalian biologis adalah metode pengendalian dengan menggunakan makhluk hidup baik berupa predator, parasitoid maupun competitor. Misalnya adalah menggunakan pemangsa yang menguntungkan dengan cara merangsang pertumbuhan musuh alami lalat dengan menjaga kotoran dari kandang dalam keadaan kering. Kotoran kering akan membantu mendukung berkembangnya pemangsa dan benalu dari perkembangbiakan lalat seperti kumbang, kutu dan lebah. Namun perlu diketahui bahwa pertumbuhan musuh lalat ini umumnya lebih lambat dibanding lalat itu sendiri.
Di Denmark telah ditemukan penemuan baru berupa pemangsa lalat dari lalat itu sendiri. Prinsip yang dipakai adalah jika kepadatan lalat makin tinggi, maka lalat ini dapat menjadi pemangsa bagi lalat lain. Asal pemangsa yang digunakan ini ditemukan di Kenya, termasuk genus Ophyra Aeenses yang dapat memangsa lalat yang tidak diinginkan. Serangga Kenya ini bertelur di kotoran dan dapat berhenti bereproduksi ketika temperatur dibawah 15 – 17◦ C.














BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

  1. KESIMPULAN


1.      Lalat merupakan serangga yang memiliki beberapa genus yaitu diantaranya Musca, Stomoxys, Phenisia, Sarchopaga, Fannia dan memiliki beberapa spesies diantaranya Musca domestica, Stomoxy calcitrans, Phenesia sp, Sarchopaga sp, dan Fannia sp.

2.      Pada umumnya lalat merupakan serangga berukuran kecil, sedang sampai berukuran besar, mempunyai sepasang sayap di bagian depan dan sepasang halter sebagai alat keseimbangan di bagian belakang, bermata majemuk dan sepasang antena yang seringkali pendek terdiri atas tiga ruas. Mata lalat jantan lebih besar dan sangat berdekatan satu sama lain sedang yang betina tampak terpisah oleh suatu celah dan berbentuk lebih besar daripada lalat jantan. Lalat memiliki siklus metamorfosis yang sempurna dengan masa hidup sekitar 2-3 minggu atau bahkan 3 bulan. Serangga ini sangat tertarik pada makanan manusia sehari-hari seperti gula, susu, makanan olahan, kotoran manusia dan hewan, darah serta bangkai binatang yang berair. Tempat yang disenangi adalah tempat yang basah seperti sampah basah, kotoran binatang, tumbuh-tumbuhan busuk, kotoran yang menumpuk secara kumulatif. Lalat beristirahat di lantai dinding, langit-langit, rumputrumput dan tempat yang sejuk. Juga menyukai tempat yang berdekatan dengan makanan dan tempat berbiaknya, serta terlindung dari angin dan matahari yang terik.

3.      Jumlah lalat akan meningkat jumlahnya pada temperatur 20ºC – 25ºC dan akan berkurang jumlahnya pada temperatur < 10ºC atau > 49ºC serta kelembaban yang optimum 90 %. Untuk istirahat lalat memerlukan suhu sekitar 35º- 40ºC, kelembaban 90%. Aktifitas terhenti pada temperatur < 15ºC.

4.      Lalat merupakan binatang pengganggu dan juga merupakan vektor mekanis penyebaran penyakit seperti diare.

5.      Upaya pengendalian lalat dibedakan menjadi pencegahan dan pemberantasan. Pencegahan dilakukan dengan upaya menjaga kebersihan dan sanitasi. Sementara upaya pemberantasan bisa dengan metode fisik, kimia, dan biologi.




  1. SARAN
Agar terhindar dari berbagai penyakit yang disebarkan oleh lalat terutama lalat rumah maka sangat diperlukan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan higienitas. Selain itu masyarakat harus mengetahui betapa pentingnya peran lalat dalam menyebarkan berbagai penyakit.


























DAFTAR PUSTAKA    


J. Borror. Donald. 1992. Pengenalan Pelajaran   Serangga. Gajah Mada University Press
J. johnson F norman. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi Ke enam. Gajah Mada
         University Press
Marlina Nina, SKM. 1985. Pemberantasan Serangga dan Binatang Pengganggu. Pusat
         Pendidikan Tenaga Kesehatan
Sarudji Didik,M.Sc. 2006. Kesehatan Lingkungan. Media ilmu.
Departemen Kesehatan RI. 1992. Pedoman Tehnis Pengendalian Lalat. Dit. Jen. PPM dan PLP,
         Depkes RI. Jakarta