BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sistem
Kesehatan Nasional dan Rencana Pokok Program Reformasi di Bidang Kesehatan
telah menggariskan bahwa tujuan Reformasi Kesehatan adalah tercapainya
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesepakatan umum dari tujuan
nasional. Masalah umum yang dihadapi dalam bidang kesehatan adalah jumlah
penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cukup besar, dan distribusi yang
belum merata, serta masalah pendidikan dalam tingkatan sosial ekonomi
masyarakat yang masih rendah. Selain itu, keadaan lingkungan fisik dan biologis
yang belum memadai, dimana baru sebagian kecil saja penduduk/orang yang dapat
menikmati air bersih dan penggunaan pembuangan air kotor, pengelolaan sampah
basah/kering yang sampai saat ini masih belum memenuhi syarat kesehatan, serta
penyakit menular masih banyak diderita oleh masyarakat merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang masih terus terjadi sampai saat ini di Indonesia
(Depkes, 1992).
Lalat
merupakan spesies yang berperan dalam masalah kesehatan masyarakat. Ancaman
lalat mulai diperhitungkan terutama setelah timbulnya masalah sampah yang merupakan
dampak negatif dari pertambahan penduduk. Sampah yang tidak dikelolah dengan
baik akan mengundang lalat untuk datang dan berkontak dengan manusia. Dengan
didorong oleh rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat akan higiene dan
sanitasi, pada akhirnya lalat akan menimbulkan masalah kesehatan masyarakat
secara luas baik dari segi estetika sampai penularan penyakit.
Penularan
penyakit oleh lalat dapat terjadi melalui semua bagian dari tubuh lalat seperti
: bulu badan, bulu pada anggota gerak, muntahan serta faecesnya. Upaya
pengendalian penyakit menular tidak terlepas dari usaha peningkatan kesehatan
lingkungan dengan salah satu kegiatannya adalah pengendalian
vektor penyakit termasuk lalat. Saat ini terdapat sekitar ± 60.000 –
100.000 spesies lalat, tetapi tidak semua species perlu diawasi karena beberapa
diantaranya tidak berbahaya terhadap kesehatan masyarakat.
Lalat
ini berkembang biak dengan baik pada makanan yang busuk dan di tumpukan sampah-sampah
seperti pada rumah yang menumpuk sampahnya dan mengeluarkan bauk yang di sukai
oleh lalat. Lalat pada umumnya memiliki beberapa jenis seperti: Lalat batu, Lalat
alder, Lalat Dobson, Lalat ikan, Lalat
ular, Lalat kakaktua, Lalat kalajengking, Lalat menggantun, Lalat-lalat ngengat,
Lalat gergaji.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah cara perkembangbiakan
lalat?
2.
Jelaskan proses terjadinya penularan
penyakit yang disebabkan oleh lalat?
C.
Tujuan
Adapun tujuan dalam membuat makalah
vektor dan binatang pengganggu khususnya lalat, yaitu:
- Untuk
mengetahui klasifikasi lalat, morfologi lalat, biologi lalat, pola
penyebaran lalat.
- Untuk
mengetahui peran lalat dalam kesehatan masyarakat dan penyakit yang
ditimbulkan oleh lalat.
- Untuk
mengetahui teknik-teknik pengendalian dan pemeberantasan lalat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
LALAT
Diptera berasal dari bahasa Yunani yaitu di
yang berarti dua dan ptera yang berarti sayap. Serangga dewasa dicirikan
sifatnya yang pandai terbang, pada umumnya diural, memiliki sepasang sayap
tipis seperti selaput untuk terbang, dan sepasang alat keseimbangan pada saat
terbang yang disebut halter.
Kepala jenis serangga ini mudah bergerak dan memiliki
mata majemuk berukuran besar. Tipe mulutnya menusuk, menghisap dan menjilat.
Larvanya tidak bertungkai, kepalanya berukuran kecil, sifat larva dalam setiap
famili sangat berbeda. Kadang-kadang larva dari ordo Diphtera disebut belatung.
Ordo diptera mengalami metamorfosis sempurna dengan tipe holometabol. Ordo
diptera meliputi golongan nyamuk dan lalat.
B.
KLASIFIKASI
LALAT
Lalat
merupakan salah satu insekta (serangga) termasuk dalam ordo diphtera yang
mempunyai sepasang sayap berbentuk membran dan saat ini diseluruh dunia dapat
dijumpai sekitar ± 60.000 – 100.000 spesies lalat (Santi, 2001). Lalat diklasifikasikan
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Hexapoda
Ordo :
Diptera
Family : Muscidae, Sarchopagidae, Challiporidae, dll.
Genus : Musca, Stomoxys, Phenisia, Sarchopaga, Fannia, dll.
Spesies : Musca domestica, Stomoxy calcitrans, Phenesia sp,
Sarchopaga sp, Fannia sp,dll
C. MORFOLOGI LALAT
Pada umumnya, lalat berukuran kecil, sedang, sampai
berukuran besar, mempunyai sepasang sayap dibagian depan dan sepasang halter
sebagai alat keseimbangan dibagian belakang, bermata majemuk dan sepasang
antena yang seringkali pendek terdiri atas tiga ruas. Mata lalat jantan lebih
besar dan sangat berdekatan satu sama lain sedang yang betina tampak terpisah
oleh suatu celah dan berbentuk lebih besar dari pada lalat jantan.
D. BIOLOGI LALAT
Lalat
termasuk insekta ordo Diptera yang ditandai sepasang sayap. Lalat ini
berkembang biak dengan metamorfhosis sempurna, yaitu dimulai dari telur, larva,
pupa/kepompong dan imago/dewasa.
1. Siklus
Hidup Lalat
Musca demostica (lalat rumah) bertelur
antara 100-150 butir dan telurnya berwarna putih dengan ukuran ±1 mm
panjangnya. Kira-kira dalam waktu 24 jam, telur-telur ini menetas menjadi larva
(berwarna putih kekuningan dengan panjang 12-13 mm) pada suhu rendah (dibawah
12-13º C) dan makanannya adalah bahan-bahan yang dapat membusuk. dan keadaan
dalam bentuk larva berlangsung antara 3-7 hari. Akhir dari phase larva ini pindah
ketempat yang sejuk dan kering serta membentuk pupa/kepompong yang berwarna
coklat tua, panjangnya sama dengan larva dan tidak bergerak. Phase ini
berlangsung pada musim panas 3-7 hari pada temperatur 30-35º C. Bentuk pupa ini
memerlukan waktu antara 3 sampai beberapa hari. Kemudian akan keluar lalat muda
dan sudah dapat terbang antara 450-900 m, Siklus hidup dari telur hingga
menjadi lalat dewasa 6-20 hari. Lalat dewasa panjangnya lebih kurang ¼ inci,
dan mempunyai 4 garis yang agak gelap hitam dipunggungnya. Beberapa hari
kemudian sudah siap untuk berproduksi, pada kondisi normal lalat dewasa betina
dapat bertelur sampai 5 (lima) kali. Umur lalat pada umumnya sekitar 2-3
minggu, tetapi pada kondisi yang lebih sejuk biasa sampai 3 (tiga) bulan. Lalat
tidak kuat terbang menantang arah angin, tetapi sebaliknya lalat akan terbang
jauh mencapai 1 kilometer.
Lalat rumah mempunyai jarak terbang
kira-kira sampai 1 mil. Lalat rumah ini dapat menularkan penyakit-penyakit
seperti: Kolera, Thypus, Disentri, Parathypus, Conjunctivitis, Trachoma dan Poliomyelitis.
Sedangkan lalat kandang ( stomoxis calcitrans ) adalah contoh lalat yang
menusuk dan mengisap. Lalat demikian termasuk family tabanidae dan dapat
menularkan penyakit seperti: Tulameria dan Anthrax.
2.
Makanan
Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari terutama pada pagi
hingga sore hari. Serangga ini sangat tertarik pada makanan manusia sehari-hari
seperti gula, susu, makanan olahan, kotoran manusia dan hewan, darah serta
bangkai binatang. Sehubungan dengan bentuk mulutnya, lalat hanya makan dalam
bentuk cairan, makanan yang kering dibasahi oleh lidahnya terlebih dahulu baru
dihisap air merupakan hal yang penting dalam hidupnya. Tanpa air, lalat hanya
hidup 48 jam saja. Lalat makan paling sedikit 2-3 kali sehari.
3. Tempat
Perindukan
Tempat yang disenangi adalah tempat yang basah seperti sampah
basah, kotoran binatang, tumbuh-tumbuhan busuk, kotoran yang menumpuk secara
kumulatif (dikandang).
a.
Kotoran Hewan
b.
Sampah dan sisa makanan dari hasil
olahan
c.
Kotoran Organik
d.
Air Kotor
4.
Ekologi Lalat Dewasa
Dengan memahami ekologi lalat kita dapat menjelaskan peranan
lalat sebagai penyebab penyakit. Lalat dewasa aktif pada siang hari dan selalu
berkelompok. Pada malam hari biasanya istirahat walaupun mereka dapat
beradaptasi dengan cahaya lampu yang lebih terang.
a.
Tempat peristirahatan
Pada Waktu hinggap lalat mengeluarkan ludah dan tinja yang
membentuk titik hitam. Tanda-tanda ini merupakan hal yang penting untuk
mengenal tempat lalat istirahat. Pada siang hari lalat tidak makan tetapi
beristirahat di lantai dinding, langit-langit, rumput-rumput dan tempat yang
sejuk. Juga menyukai tempat yang berdekatan dengan makanan dan tempat
berbiaknya, serta terlindung dari angin dan matahari yang terik. Didalam rumah,
lalat istirahat pada pinggiran tempat makanan, kawat listik dan tidak aktif
pada malam hari. Tempat hinggap lalat biasanya pada ketinggian tidak lebih dari
5 (lima) meter.
b.
Fluktuasi Jumlah lalat
Lalat merupakan serangga yang bersifat fototropik yaitu
menyukai cahaya. Pada malam hari tidak aktif, namun dapat aktif dengan adanya
sinar buatan. Efek sinar pada lalat tergantung sepenuhnya pada temperatur dan
kelembaban jumlah lalat akan meningkat jumlahnya pada temperatur 20º-25º C dan
akan berkurang jumlahnya pada temperatur < 10º C atau > 49º C serta
kelembaban yang optimum 90 %.
c.
Perilaku dan perkembangbiakan
Pada siang hari lalat bergerombol atau berkumpul dan
berkembang biak disekitar sumber makanannya. Penyebaran lalat sangat
dipengaruhi oleh cahaya, temperatur, kelembaban. Untuk istirahat lalat
memerlukan suhu sekitar 35º-40ºC, kelembaban 90%. Aktifitas terhenti pada
temperatur < 15ºC.
E.
POLA PENYEBARAN LALAT
1.
Pola Distribusi
Musca domestica
dan Chrysomya megachepala adalah lalat yang tersebar secara cosmopolitan
dan bersifat sinantropik yang artinya lalat ini mempunyai hubungan
ketergantungan yang tinggi dengan manusia karena zat-zat makanan yang
dibutuhkan lalat sebagian besar ada pada makanan manusia. Lalat lebih aktif
pada tempat yang terlindung dari cahaya daripada tempat yang langsung terkena
cahaya matahari.
Penyebaran yang luas dari kedua jenis lalat ini dimungkinkan
karena daya adaptasinya yang tinggi. Kepadatan lalat disuatu daerah, sangat
dipengaruhi oleh: tempat perindukan, cahaya matahari, temperatur dan
kelembaban. Kepadatan lalat akan tinggi jika temperatur antara 20-25º C.
Populasi menurun apabila temperatur > 450C dan < 100C.
Pada temperatur yang sangat rendah, lalat tetap hidup dalam kondisi dorman pada
stadium dewasa atau pupa. Kebiasaan dan distribusi lalat pada Siang hari akan
berada disekitar tempat makan dan tempat perindukan di mana juga terjadi
perkawinan dan istirahat.
Penyebaran dipengaruhi oleh reaksinya terhadap cahaya,
temperatur, kelembaban, textur dan warna permukaan yang disenangi untuk
istirahat. Aktivitas lalat: bertelur, berkawin, makan dan terbang, terhenti
pada temperature di bawah 15oC. Lalat umumnya aktif pada kelembaban
udara yang rendah. Pada temperatur di atas 20oC lalat akan berada di
luar rumah, di tempat yang ternaung dekat dengan udara bebas. Pada waktu tidak
makan lalat akan istirahat pada permukaan horisontal atau pada kabel yang
membentang atau tempat-tempat yang vertikal dan pada atap di dalam rumah
khususnya malam hari.
2.
Ketahanan Hidup
Tergantung pada musim dan temperatur: Lalat dewasa hidup 2-4
minggu pada musim panas dan lebih lama pada musim dingin yaitu bisa mencapai 3
bulan. Mereka paling aktif pada suhu 32,50C dan akan mati pada suhu
450C. Lalat melampaui musim dingin (over wintering) sebagai lalat
dewasa, dan berkembang biak di tempat-tempat yang relatif terlindung seperti
kandang ternak dan gudang-gudang. Pada stadium telur biasanya tidak tahan
terhadap suhu yang ekstrim dan akan mati bila berada dibawah 50C dan
di atas 400C. Lamanya tahap instar larva sangat tergantung pada suhu
dan kelembaban lingkungan. Pada suhu -20C larva dapat bertahan
beberapa hari , di bawah suhu 100C larva tidak dapat berkembang
menjadi pupa.
F.
PERAN LALAT DALAM KESEHATAN
MASYARAKAT DAN PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH LALAT
Peranan
lalat dalam kesehatan masyarakat maupun hewan telah banyak diketahui.
Sehubungan dengan perilaku hidupnya yang suka di tempat-tempat yang kotor yaitu
tumpukan sampah, makanan, dan pada tinja, dari situlah lalat membawa berbagai
mikroorganisme penyebab penyakit. Lalat selain sangat mengganggu juga ada yang
berperan sebagai vector mekanik beberapa penyakit.
Lalat
merupakan vector penting dalam penyebaran penyakit pada manusia dan juga
kehidupan lalat yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Di
samping lalat sebagai vector penyakit, lalat merupakan binatang yang
menjijikkan bagi kebanyakan orang. Karena penularan penyakitnya dapat secara
mekanik, yaitu penularan dari penderita ke orang lain atau dari suatu bahan
tercemar (makanan, minuman, dan air) ke orang sehat dengan perantara
menempelnya bagian tubuh lalat misalnya lewat prombosis, tungkai, kaki dan
badan lalat.
Berbagai
penyakit yang ditularkan oleh lalat antara lain virus, bakteri, protozoa dan
telur cacing yang menempelpada tubuh lalat dan ini tergantung dari spesiesnya.
Lalat Musca domestica dapat membawa telur cacing (Oxyrus
vermicularis, Tricuris trichiura, Cacing tambang, dan Ascaris
lumbricoides), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamlia, dan Balantidium
coli), bakteri usus (Salmonella, Shigella dan Eschericia coli),
Virus polio, Treponema pertenue (penyebab frambusia), dan Mycobacterium
tuberculosis. Lalat domestica dapat bertindak sebagai vector penyakit
typus, disentri, kolera, dan penyakit kulit. Lalat Fannia dewasa dapat
menularkan berbagai jenis penyakit myasis (Gastric, Intestinal, Genitaurinary).
Lalat Stomoxys merupakan penyakit surra (disebabkan oleh Trypanosima
evansi), anthraks, tetanus, yellow fever, traumatic miasis dan enteric
pseudomiasis (walaupun jarang). Lalat hijau (paenicia dan chrysomya)
dapat menularkan penyakit myasis mata, tulang dan organ lain melalui luka.
Lalat Sarcophaga dapat menularkan penyakit myasis kulit, hidung, sinus,
jaringan vagina dan usus.
G.
TEKNIK PENGENDALIAN DAN
PEMBERANTASAN LALAT
1.
Perbaikan Hygiene dan sanitasi
lingkungan
Perbaikan Hygiene dan sanitasi lingkungan merupakan langkah
awal yang sangat penting dalam usaha menanggulangi berkembangnya populasi lalat
baik dalam lingkungan peternakan maupun pemukiman. Selain murah dan sederhana
juga efektif serta tidak menimbulkan efek-efek samping yang membahayakan
lingkungan.
1)
Mengurangi atau Menghilangkan tempat
perindukan lalat.
a.
Kandang ternak
ü Kandang harus dapat dibersihkan.
ü Lantai kandang harus kedap air, dan dapat disiram setiap
hari.
ü Terdapat saluran air limbah yang baik.
b.
Kandang ayam dan burung
ü Bila burung/ternak berada dalam kandang dan kotorannya
terkumpul disangkar, kadang perlu dilengkapi dengan ventilasi yang cukup agar
kandang tetap kering.
ü Kotoran burung/ternak dapat dikeluarkan dari sangkar dan
secara interval (disarankan setiap hari) dibersihkan (DEPKES, 1992).
c.
Timbunan kotoran ternak
d.
Kotoran Manusia
e.
Sampah basah dan sampah organic
f.
Tanah yang mengandung bahan organik.
2)
Mengurangi Sumber yang menarik lalat
a.
Menjaga kebersihan lingkungan.
b.
Membuat saluran air limbah (SPAL).
c.
Menutup tempat sampah.
d.
Industri yang menggunakan produk
yang dapat menarik lalat dapat dipasang alat pembuang bau (Exhaust).
3)
Mencegah kontak antara lalat dengan
kotoran yang mengandung kuman penyakit
Sumber kuman penyakit dapat berasal
dari kotoran manusia, bangkai binatang, sampah basah, lumpur organik dan orang
yang sakit mata. Cara untuk mencegah kontak antara lalat dan kotoran yang mengandung
kuman, dapat dilakukan dengan:
a.
Membuat konstruksi jamban yang
memenuhi syarat, sehingga lalat tidak bisa kontak dengan kotoran.
b.
Mencegah lalat kontak dengan orang
yang sakit, tinja, kotoran bayi, dan penderita sakit mata.
c.
Mencegah agar lalat tidak masuk ke
tempat sampah pemotongan hewan dan bangkai binatang.
d.
Melindungi makanan, peralatan makan,
dan orang yang kontak dengan lalat dengan :
ü Makanan dan peralatan makan yang digunakan harus anti lalat.
ü Makanan disimpan di lemari makan
ü Membungkus makanan
ü Jendela dan tempat-tempat terbuka dipasang kawat kasa.
ü Pintu dipasang dengan sistem yang dapat menutup sendiri
ü Pintu masuk dilengkapi dengan gor anti lalat
ü Penggunaan kelambu atau tudung saji
ü Kipas angin elektrik dapat dipasang untuk menghalangi lalat
masuk
ü Memasang stik berperekat anti lalat sebagai perangkap.
2.
Pemberantasan secara langsung
Metode membunuh telur, larva, maupun lalat dewasa secara
langsung dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1)
Metode fisik
Metode fisik merupakan metode yang murah, mudah dan aman
tetapi kurang efektif apabila digunakan pada tempat dengan kepadatan lalat yang
tinggi. Cara ini hanya cocok digunakan pada skala kecil seperti dirumah sakit,
kantor, hotel, supermarket dan pertokoan lainnya yang menjual daging, sayuran, atau
buah-buahan.
a.
Fly traps
b.
Sticky tapes
c.
Light trap with electrocutor
d.
Pemasangan kawat/plastik kasa pada
pintu dan jendela serta lubang angin/ventilasi.
e.
Membuat pintu dua lapis, daun pintu
pertama kearah luar dan lapisan kedua merupakan pintu kasa yang dapat membuka
dan menutup sendiri.
2)
Metode kimia
Pengendalian lalat dengan bahan kimia (insektisida)
direkomendasikan hanya jika benar-benar diperlukan misalnya pada kondisi KLB
kolera, disentri, atau trachoma. Hal ini dilakukan guna menghindari kemungkinan
terjadinya resistensi. Beberapa metode kimia yang dapat dilakukan adalah Vaporizing
(slow release), toxic bait, space spraying (quickly
knocked down, short lasting) di dalam rumah maupun di luar rumah, dan residual
spraying (slow lasting) pada tempat peristarahatan lalat.
a.
Umpan (bait)
Insektisida
|
Tipe umpan
|
|||
Kering tersebar
|
Cairan tetes
|
Cairan curah
|
Merekat
|
|
ORGANO PHOSPHORUS
|
||||
Dichiorvos
|
+
|
++
|
++
|
|
Dimethoate
|
+
|
++
|
||
Trichiorfon
|
++
|
++
|
++
|
++
|
Azametiphos
|
+
|
++
|
||
Diazinon
|
++
|
+
|
+
|
|
Fenchiorvos
|
+
|
+
|
+
|
|
Malathion
|
+
|
+
|
+
|
|
Naled
|
+
|
+
|
++
|
|
Propetamphos
|
||||
CARMABATE
|
||||
Bendiocarb
|
++
|
+
|
||
Dimetilan
|
++
|
+
|
||
Methomyl
|
++
|
|||
Propoxur
|
++
|
+
|
||
+
|
Keterangan
: + atau ++ menunjukkan insektisida yang paling cocok atau sudah cukup luas
digunakan untuk tipe aplikasi tertentu (DEPKES, 1992).
b.
Indoor residual spraying (IRS)
insektisida
|
Dosis
bahan aktif (g/mm2)
|
Keterangan
|
ORAGANO PHOSPORUS
|
||
azamethipos
|
1,0-2,0
|
Dijual sebagai umpan bergula
(kekebalan teingkat rendah telah terjadi di sebagian besar tempat).
|
bromophos
|
1,0-2,0
|
|
diazinon
|
0,4-1,0
|
|
dimethoate
|
0,25-1,0
|
|
chlorfenvinphos
|
0,4
|
Masalah kekebalan terjadi di
sebagian besar daerah/negara.
|
fenchiorvos
|
1,0-2,0
|
|
Fenitrothion
|
1,0-2,0
|
|
jodfenphos
|
1,0-2,0
|
|
malathion
|
1,0-2,0
|
|
Primiphos methyl
|
1,0-2,0
|
|
propetamphos
|
0,25-1,0
|
Kekebalan tingkat rendah telah
terjadi di sebagian besar tempat.
|
Trichlorfon
|
1,0-2,0
|
Umumnya digunakan dalam formulasi
bentuk umpan bergula.
|
PIRETROID
|
||
alphacypermethrin
|
0,02
|
|
cyfluthrin
|
0,03
|
|
cypemethrin
|
0,025-0,1
|
|
deltamethrin
|
0,01-0,015
|
Di canada dan sebagian besar eropa
telah dengan cepat terjadi kekebalan.
|
fenvalerate
|
1,0
|
|
permethrin
|
0,025-0,1
|
Keterangan: Untuk sebagian besar golongan organoposporus
terdapat larangan diberbagai negara untuk digunakan di pabrik susu, pabrik
pengolahan makanan atau tempat lain dimana makanan terpapar dan beberapa dari
golongan ini juga dilarang digunakan dimana terdapat ayam, kerbau dan binatang
lainnya (DEPKES, 1992).
c.
Indoor & outdoor space spraying
Insektisida
|
Dosis bahan aktif (g/ha)
|
ORAGANO PHOSPHORUS
|
|
50-200
|
|
Azamethiphos
|
340
|
Diazinon
|
340
|
Dichiorvos
|
220
|
Fenchiorvos
|
450
|
Jodfenphos
|
350
|
Malathion
|
670
|
Baled
|
220
|
Primiphos methyl
|
250
|
PIRTROID
|
|
Boresmethrin
|
5-10
|
Cyfluthrin
|
2
|
Deltamethrin
|
0,5-1,0
|
Phenothrin
|
5-10
|
Permethrin
|
5-10
|
Pyrethrins
|
20
|
Resmethrin
|
20
|
Keterangan:
ü
Di daerah dimana lalat belum kebal
terhadap Insektisida.
ü
Dikombinasikan dengan piretroid lain
akan memberikan efek knockdown yang cepat atau dengan sinergis seperti piperonyl
butoxide (5–10g/ha).
ü
Timbunan kotoran hewan bisa
disemprot dengan diazinon dan malathion (sebagai emulsi) atau insektisida lain
(Ronnel, DDVP) guna mematikan larva lalat.
d.
Insect repellents
Formula pembuatan insect repellents
Bahan
|
Berat (g)
|
Bagian
|
Cara Pembuatan
|
White petroleum jelly
|
57
|
8
|
Campurkan baha-bahan tersebut
sehingga menjadi cream dan oleskan pada kulit.
|
Oil of citronella
|
14
|
2
|
|
Spirit of camphor
|
7
|
1
|
|
Cedar wood oil
|
7
|
1
|
|
Oil of citronella
|
28
|
2
|
Campurkan bahan-bahan tersebut
sehingga menjadi lotion dan oleskan pada kulit.
|
Spirit of camphor
|
28
|
2
|
|
Cedar wood oil
|
14
|
1
|
|
Oil of citronella
|
28
|
1
|
Campurkan bahan-bahan tersebut
sehingga menjadi lotion dan oleskan pada kulit.
|
Liquid petroleum
|
113
|
4
|
|
Oil of citronella
|
85
|
12
|
Campurkan bahan-bahan tersebut
sehingga menjadi lotion dan oleskan unutkkulit yang sensitive, castrol oil
ditingkatkan menjadi 170g
|
Spirit of champor
|
28
|
4
|
|
Oil of tar
|
28
|
4
|
|
Oil of pennyroyal 2
|
7
|
1
|
|
Castor oil or tallow
|
113
|
16
|
Keterangan: akan mengusir nyamuk dan lalat untuk repellent
dengan bahan kimia dengan kadar yang tinggi.
e.
Fly paper
Bahan
|
Berat (g)
|
bagian
|
Cara pembuatan
|
rosin
|
907
|
1
|
Panaskan kedua bahan tersebut
sampai berwarna seperti molasses, sementara masih panas, kuas/sapukan pada
bagian dari semua jenis kertas, letakkan bebrap fly paper tersebut dalam
ruangan
|
Castrol oil
|
4732
|
5
|
Sumber:
(DEPKES, 1992)
3)
Metode biologi
Metode pengendalian biologis adalah metode pengendalian
dengan menggunakan makhluk hidup baik berupa predator, parasitoid maupun
competitor. Misalnya adalah menggunakan pemangsa yang menguntungkan dengan cara
merangsang pertumbuhan musuh alami lalat dengan menjaga kotoran dari kandang
dalam keadaan kering. Kotoran kering akan membantu mendukung berkembangnya
pemangsa dan benalu dari perkembangbiakan lalat seperti kumbang, kutu dan
lebah. Namun perlu diketahui bahwa pertumbuhan musuh lalat ini umumnya lebih
lambat dibanding lalat itu sendiri.
Di Denmark telah ditemukan penemuan baru berupa pemangsa
lalat dari lalat itu sendiri. Prinsip yang dipakai adalah jika kepadatan lalat
makin tinggi, maka lalat ini dapat menjadi pemangsa bagi lalat lain. Asal
pemangsa yang digunakan ini ditemukan di Kenya, termasuk genus Ophyra
Aeenses yang dapat memangsa lalat yang tidak diinginkan. Serangga Kenya ini
bertelur di kotoran dan dapat berhenti bereproduksi ketika temperatur dibawah
15 – 17◦ C.
BAB
III
KESIMPULAN
DAN SARAN
- KESIMPULAN
1.
Lalat merupakan serangga yang
memiliki beberapa genus yaitu diantaranya Musca, Stomoxys, Phenisia,
Sarchopaga, Fannia dan memiliki beberapa spesies diantaranya Musca
domestica, Stomoxy calcitrans, Phenesia sp, Sarchopaga sp, dan Fannia
sp.
2.
Pada umumnya lalat merupakan
serangga berukuran kecil, sedang sampai berukuran besar, mempunyai sepasang
sayap di bagian depan dan sepasang halter sebagai alat keseimbangan di bagian
belakang, bermata majemuk dan sepasang antena yang seringkali pendek terdiri
atas tiga ruas. Mata lalat jantan lebih besar dan sangat berdekatan satu sama
lain sedang yang betina tampak terpisah oleh suatu celah dan berbentuk lebih
besar daripada lalat jantan. Lalat memiliki siklus metamorfosis yang sempurna
dengan masa hidup sekitar 2-3 minggu atau bahkan 3 bulan. Serangga ini sangat
tertarik pada makanan manusia sehari-hari seperti gula, susu, makanan olahan,
kotoran manusia dan hewan, darah serta bangkai binatang yang berair. Tempat
yang disenangi adalah tempat yang basah seperti sampah basah, kotoran binatang,
tumbuh-tumbuhan busuk, kotoran yang menumpuk secara kumulatif. Lalat
beristirahat di lantai dinding, langit-langit, rumputrumput dan tempat yang
sejuk. Juga menyukai tempat yang berdekatan dengan makanan dan tempat
berbiaknya, serta terlindung dari angin dan matahari yang terik.
3.
Jumlah lalat akan meningkat
jumlahnya pada temperatur 20ºC – 25ºC dan akan berkurang jumlahnya pada
temperatur < 10ºC atau > 49ºC serta kelembaban yang optimum 90 %. Untuk
istirahat lalat memerlukan suhu sekitar 35º- 40ºC, kelembaban 90%. Aktifitas
terhenti pada temperatur < 15ºC.
4.
Lalat merupakan binatang pengganggu
dan juga merupakan vektor mekanis penyebaran penyakit seperti diare.
5.
Upaya pengendalian lalat dibedakan
menjadi pencegahan dan pemberantasan. Pencegahan dilakukan dengan upaya menjaga
kebersihan dan sanitasi. Sementara upaya pemberantasan bisa dengan metode
fisik, kimia, dan biologi.
- SARAN
Agar terhindar dari berbagai penyakit yang
disebarkan oleh lalat terutama lalat rumah maka sangat diperlukan kesadaran
masyarakat tentang kesehatan dan higienitas. Selain itu masyarakat harus
mengetahui betapa pentingnya peran lalat dalam menyebarkan berbagai penyakit.
DAFTAR
PUSTAKA
J. Borror. Donald. 1992. Pengenalan
Pelajaran Serangga. Gajah Mada University Press
J. johnson F norman. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga
Edisi Ke enam. Gajah Mada
University
Press
Marlina Nina, SKM. 1985.
Pemberantasan Serangga dan Binatang Pengganggu. Pusat
Pendidikan Tenaga Kesehatan
Sarudji
Didik,M.Sc. 2006. Kesehatan Lingkungan. Media ilmu.
Departemen Kesehatan RI. 1992. Pedoman Tehnis
Pengendalian Lalat. Dit. Jen. PPM dan PLP,
Depkes RI. Jakarta